Selasa, 13 Juli 2010

Sejarah Perkembangan Arsitektur Nusantara

A. Sejarah Nusantara

Ancangan Sejarah manapun tidak akan mencapai tujuannya jika tidak memperhatikan faktor geografis. Berdasarkan latar belakang historis bahwa tata ”Nusantara” adalah sebuah kata majemuk yang diambil dari bahasa Jawa kuno. Kata ini terdiri dari kata-kata nusa yang berarti ‘pulau’ dan antara berarti ‘lain’. Istilah ini digunakan dalam konsep kenegaraan “Jawa” artinya daerah di luar pengaruh budaya Jawa. Dalam penggunaan bahasa modern, istilah nusantara biasanya meliputi daerah kepulauan Asia Tenggara atau wilayah Austronesia. Sehingga pada masa sekarang ini banyak orang menggunakan istilah geografis ini untuk menunjukkan sebagai satu kesatuan pulau di Nusantara termasuk wilayah-wilayah di Semenanjung Malaya (Malaysia, Singapura) dan Filipina bahkan beberapa negara di wilayah Indochina seperti Kamboja akan tetapi tidak termasuk wilayah Papua.
Di sisi lain, istilah geografis Nusantara saat ini sering diartikan sebagai Indonesia yang merupakan satu entitas politik. Fokus dari diskusi buku ajar ini adalah kepada istilah geografis Nusantara sebagai wilayah Indonesia pada masa sekarang ini.

A.1. Sejarah Singkat Nusantara
Wilayah Nusantara terletak pada persilangan jalan, antara Samudera Hindia dan Samudera Pasifik, atau lebih khusus, Benua Asia dan Australia. Persilangan ini telah menjadikan wilayah Nusantara sebagai tempat persinggahan bagi pelayar dan pedagang terutama dari China ke India atau sebaliknya. Persinggahan para pelayar dan pedagang dari berbagai mancanegara telah menjadikan Nusantara sebagai tempat kehadiran semua kebudayaan besar didunia. Bukti-bukti penemuan artefak-artefak seperti prasasti, uang logam dan gerabah memberikan informasi kehadiran bangsa-bangsa besar tersebut. Seperti prasasti berbahasa Tamil ditemukan di desa Lobu Tua pesisir Barat Sumatra (Barus), porselin dan gerabah Cina ditemukan di Palembang, nisan dan uang logam Arab ditemukan di Aceh. Dari penemuan-penemuan tersebut, para arkeolog dan sejarahwan menyusun kronologis sejarah Indonesia. Dapat dikatakan bahwa sekitar seribu tahun lamanya, dari abad ke-5 sampai ke-15, kebudayaan-kebudayaan India mempengaruhi Sumatra, Jawa dan Bali, dan Kalimantan bersamaan dengan dataran-dataran rendah yang luas di Semenanjung Indocina. Kebudayaan India ini awalnya pada penyebaran agama Hindu dan Buddha dan Islam di Indonesia. Di Jawa Tengah, candi Borobudur dan Prambanan adalah monumen yang sama nilainya dengan Angkor dan Pagan.
Pada abad ke-7 hingga ke-14, kerajaan Budha Sriwijaya berkembang pesat di Sumatra. Penjelajah Tiongkok I Ching mengunjungi ibukotanya Palembang sekitar tahun 670. Pada puncak kejayaannya, Sriwijaya menguasai daerah sejauh Jawa Barat dan Semenanjung Melayu. Pada abad ke-14 juga menjadi saksi bangkitnya sebuah kerajaan Hindu di Jawa Timur, Majapahit. Patih Majapahit antara tahun 1331 hingga 1364, Gajah Mada berhasil memperoleh kekuasaan atas wilayah yang kini sebagian besarnya adalah Indonesia beserta hampir seluruh Semenanjung Melayu. Warisan dari masa Gajah Mada termasuk kodifikasi hukum dalam kebudayaan Jawa, seperti yang terlihat dalam wiracarita Ramayana. Islam tiba di Indonesia sekitar abad ke-12, menggantikan Hindu sebagai kepercayaan utama pada akhir dekad ke-16 di Jawa dan Sumatra.
Hanya Bali yang tetap mempertahankan mayoriti Hindu. Agama Islam ini dibawa oleh pedagang Arab dari Parsi dan Gujarat melalui pembauran. Kesultanan kecil Samudra Pasai disebelah utara Sumatra menjadi bandar yang ramai pada masa itu. Berdasarkan catatan Gastaldi (1548), seorang ahli kosmografi dan enjineer dari Italia, pelabuhan atau bandar kesultanan Samudra sebagai yang terbaik di pulau tersebut, dan melalui proses evolusi nama, istilah Sumatra dikenalkan pertama kali oleh orang Eropa Nicholò de’ Conti, sebelumnya Marcopolo menyebut dengan “Samara”, kemudian Friar dan Odoric menyebut dengan “Sumoltra”, Ibnu Battuta menyebut “Samudra”. Melalui evolusi yang sama, nama Borneo pada mulanya adalah nama sebuah pelabuhan Brunei, yang pada masa itu merupakan nama kerajaan terpenting di Kalimantan Barat. Di kepulauan-kepulauan di timur, rohaniawan-rohaniawan Kristen dan Islam diketahui sudah aktif pada abad ke-16 dan 17, dan saat ini ada mayoritas yang besar dari kedua agama di kepulauan-kepulauan tersebut. Penyebaran Islam didorong hubungan perdagangan di luar Nusantara; umumnya pedagang dan ahli kerajaan lah yang pertama mengadopsi agama baru tersebut. Kerajaan penting termasuk Mataram di Jawa Tengah, dan Kesultanan Ternate dan Kesultanan Tidore di Maluku di timur.
Peradaban Eropa, hadir sejak abad ke-16, mula-mula dalam bentuk peradaban Iberia (Spanyol dan Portugis), kemudian Britania Raya, dan Belanda. Marcopolo menjadi orang Eropa pertama yang bercerita tentang perjalanannya ke bandar-bandar pantai utara “Samara” pada tahun 1291. Mulai tahun 1602 Belanda secara perlahan-lahan menjadi penguasa wilayah Nusantara dengan memanfaatkan perpecahan di antara kerajaan-kerajaan kecil yang telah menggantikan Majapahit. Pada dekad ke-17 dan 18 Hindia-Belanda tidak dikuasai secara langsung oleh pemerintah Belanda namun oleh perusahaan dagang bernama Perusahaan Hindia Timur Belanda (Verenigde Oostindische Compagnie atau VOC). VOC telah diberikan hak monopoli terhadap perdagangan dan aktivitas kolonial di wilayah tersebut oleh parlemen Belanda pada tahun 1602. Markasnya berada di Batavia, yang kini bernama Jakarta. VOC menjadi terlibat dalam politik internal Jawa pada masa itu dan bertempur dalam beberapa peperangan yang melibatkan pemimpin Mataram dan Banten. Setelah VOC jatuh bangkrut pada akhir dekad ke-18 dan setelah kekuasaan Britania yang pendek di bawah Thomas Stamford Raffles, pemerintah Belanda mengambil alih kepemilikan VOC pada tahun 1816. Pada 1901 pihak Belanda melancarkan Politik Etis (Ethische Politiek), yang termasuk investasi yang lebih besar dalam pendidikan bagi orang-orang pribumi, dan sedikit perubahan politik. Di bawah gubernur-jendral J.B. van Heutsz pemerintah Hindia-Belanda memperpanjang kekuasaan kolonial secara langsung di sepanjang Hindia-Belanda, dan dengan itu mendirikan fondasi bagi negara Indonesia saat ini. Pada saat ini, Pemerintah Hindia Belanda mendirikan kota-kota dengan berbagai macam fasilitas seperti bangunan perkantoran, rumah sakit, bangunan ibadah (masjid dan gereja) dan lain sebagainya.
Penetrasi Jepang di Asia Tenggara pada tahun 1941 disambut pada bulan yang sama dengan menerima bantuan Jepang untuk mengadakan revolusi terhadap pemerintahan Belanda. Pasukan Belanda terakhir dikalahkan Jepang pada Maret 1942.
A.2. Geografi dan Lingkungan
Nusantara beriklim tropis sesuai dengan letaknya yang melintang di sepanjang garis khatulistiwa. Dataran Indonesia kurang lebih 1.904.000 kilometer persegi terletak antara 60 garis lintang utara dan 110 garis lintang selatan serta 950 dan 1400 garis bujur timur. Dataran ini dibagi menjadi empat satuan geografis yaitu kepulauan Sunda Besar (Sumatra, Jawa, Bali, Kalimantan, Sulawesi), Kepulauan Sunda Kecil (Lombok, Sumba, Sumbawa, Komodo, Flores, Alor, Savu, dan Lembata), Kepulauan Maluku (Halmahera, Ternate, Tidore, Seram dan Ambon), dan Irian Jaya beserta kepulauan Aru. Seluruh pulau di Indonesia termasuk dalam zona iklim khatulistiwa dengan suhu yang hampir konstan serta dipengaruhi oleh angin musim dan angin pasat. Secara geologis, Nusantara terdiri dari bentukan vulkanik dan nonvulkanik yang saling berjalin, sehingga Indonesia merupakan wilayah seismik paling aktif di dunia, tercatat kira-kira 500 gempa bumi setahun. Sejak akhir tahun 2004 hingga 2006 tercatat lebih dari 1000 kali gempa bumi. Selain gempa bumi, wilayah Nusantara juga merupakan wilayah yang rawan tsunami, berdasarkan katalog gempa (1629 - 2002) di Indonesia pernah terjadi Tsunami sebanyak 109 kali, terakhir kali bencana tsunami yang paling besar terjadi akhir 2004 melanda wilayah Naggroe Aceh Darussalam.
A.3. Keragaman Budaya
Indonesia memiliki 18,018 buah pulau yang tersebar di sekitar khatulistiwa mulai dari 60 garis lintang utara dan 110 garis lintang selatan serta 950 dan 1400 garis bujur timur. Diantara puluhan ribu pulau tersebut terdapat lima pulau besar, yaitu: Jawa, Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, dan Irian Jaya, dengan pulau terpadat penduduknya adalah pulau Jawa, di mana lebih dari setengah (65%) populasi Indonesia hidup dipulau ini. Flora dan fauna Indonesia sangatlah beragam jenisnya. Setiap pulau memiliki kekhasan sendiri dan sering menjadi ikon dalam perkembangan wilayah atau daerah tersebut. Selain itu, Indonesia juga kaya dengan keberagaman etnis, terdapat kurang lebih 300 suku yang berbicara dalam 500 bahasa dan dialek. Berdasarkan sosial linguistik, kebanyakan orang Indonesia berbahasa Austronesia yang kelompok wilayahnya persebarannya meliputi banyak pulau di Asia Tenggara, sebagian dari Vietnam Selatan, Taiwan Mikronesia, Polinesia dan Madagaskar sehingga memiliki banyak kesamaan warisan budaya. Pengaruh budaya Austronesia pada budaya Indoenesia terlihat dalam budaya materi, organisasi sosial, kepercayaan, mitos, serta bahasa. Indonesia, selain kekayaan bahasa, masing-masing etnis memiliki keunikan adat istiadat dan budaya yang sering direfleksikan dalam keunikan arsitektur lokal atau vernakular. Apabila setiap etnik memiliki satu karakteristik arsitektur vernakular, maka terdapat kurang lebih 500 arsitektur vernakular di Indonesia yag merupakan kekayaan tiada tara bagi bangsa Indonesia.

B. Nusantara dan Jaringan Asia

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, wilayah Nusantara terletak pada persilangan jalan, antara Samudera Hindia dan Samudera Pasifik, atau lebih khusus, Benua Asia dan Australia. Persilangan ini telah menjadikan wilayah Nusantara sebagai tempat persinggahan bagi pelayar dan pedagang terutama dari China ke India atau sebaliknya. Selain kedua bangsa Asia ini, terdapat juga pengaruh lain dari berbagai budaya hebat di dunia seperti peradaban Iberia (Spanyol dan Portugis), kemudian Britania Raya, dan Belanda. Dari luas dan letak wilayahnya, Indonesia dikategorikan sebagai negara besar yang cukup berpengaruh di Asia. Jaringan ini telah berlangsung beratus tahun lamanya, beberapa peninggalan budaya yang nampak atas pengaruh yang pernah singgah masih ada seperti misalnya kebudayaan India pengaruhnya mencakup terhadap penyebaran dan perkembangan Hindu Buddha dan Islam di Indonesia yang bisa diketahui dari tinggalan budayanya yaitu arsitektur candi dan arsitektur masjid bergaya Moghul di Indonesia. Sama halnya dengan India, pengaruh kebudayaan China hingga sekarang ini masih sangat besar dapat terlihat dalam berbagai sapek kehidupan; kepercayaan, bahasa, makanan, sistem pertanian dan lain sebagainya. Kemajuan maritim di China pada masa Dinasti Ming telah membawa pelayar-pelayar tangguh mengarungi wilayah Nusantara. Perdagangan silang antara China dan India telah membuat Nusantara dan Asia Tenggara menjadi tempat persinggahan setiap kali berlayar. Pertukaran budaya terjadi dengan adanya interaksi perdagangan antara pedagang atau pelayar China dengan penduduk setempat yang disinggahi. Terdapat banyak tinggalan sejarah yang mendapat pengaruh peradaban Cina di Indonesia terutama pada klenteng dan bangunan pertokoan yang tersebar pada kota-kota lama di seluruh wilayah Indonesia.
Budaya Jepang pertama kali masuk ke Nusantara pada sepertiga abad ke 20. Melalui propaganda militer ”saudara tua” Jepang dengan leluasa masuk ke wilayah Nusantara. Penetrasi politik Jepang selama 3,5 tahun tidak banyak meninggalkan monumen atau tinggalan bangunan bersejarah di Indonesia seperti halnya India dan Cina, akan tetapi kemiripan pada arsitektur vernakular yang sangat dipengaruhi oleh budaya Austronesia menjadi pembahasan yang menarik dalam buku ajar ini. Sebagai salah satu negara besar dengan konsep arsitektur timur yang kuat pernah menduduki Nusantara maka sangat penting untuk diketahui bagaimana sejarah perkembangan dan konsep arsitektur Jepang. Pembahasan buku ajar ini selain menjabarkan sejarah perkembangan arsitektur di Indonesia yang mendapatkan pengaruh dari peradaban Asia (India, Cina dan Jepang) di Indonesia juga membahas konsep dan perkembangan arsitektur di ketiga negara tersebut. Arsitektur Nusantara, dan Arsitektur Asia : India, Cina dan Jepang mewakili pemikiran tentang arsitektur timur.


C. Sejarah Perkembangan Arsitektur Indonesia

Perkembangan kebudayaan erat kaitannya dengan sejarah kebangsaan. Secara umum periodisasi sejarah budaya Indonesia dibagi atas tiga bagian besar yaitu Zaman Hindu-Budha, Zaman Islamisasi dan Zaman Modern, dengan proses oksidentalisasi. Sebenarnya terdapat satu zaman lagi sebelum zaman Hindu Buddha yaitu Zaman prasejarah akan tetapi pembahasan serta diskusi tentang zaman ini tidak banyak contoh yang tersisa dalam bidang arsitektur terutama pada masa prasejarah awal.
1 Perkembangan arsitektur mulai dari masa Prasejarah Akhir yang ditandai dengan ditemukannya kubur batu di Pasemah, Gunung Kidul dan Bondowoso. Kemudian situs-situs megalitikum punden berundak di Leuwilang, Matesih, Pasirangin. Sebagaimana diketahui bahwa sejarah budaya yang melahirkan peninggalan budaya termasuk arsitektur sejalan dengan periodisasi tersebut diatas, maka dapat dikategorikan sebagai arsitektur percandian, arsitektur selama peradaban Islam (bisa termasuk arsitektur lokal atau tradisional, dan pra modern) dan arsitektur modern (termasuk arsitektur kolonial dan pasca kolonial). Keberadaan arsitektur lokal yang identik dengan bangunan panggung berstruktur kayu telah ada sebelum atau bersamaan dengan pembangunan candi-candi. Hal ini ditunjukkan dari berbagai keterangan pada relief candi-candi dimana terdapat informasi tentang arsitektur lokal/domestik atau tradisional atau vernakular nusantara. Akan tetapi jikalau menilik usia dari bangunan vernakular yang ada di Indonesia, tidak ada yang lebih dari 150 tahun. Pembahasan pada buku ajar ini tentang perkembangan arsitektur Indonesia dapat diurutkan sebagai berikut :
− Arsitektur vernakular
− Arsitektur klasik atau candi
− Arsitektur pada masa perabadan atau kebudayaan Islam
− Arsitektur Kolonial
− Arsitektur Modern (pasca kemerdekaan)




Selasa, 22 Juni 2010

Islamic Center Di Makassar

Islamic Center, berasal dari Negara-negara Barat, yaitu suatu tempat untuk menampung kegiatan shalat, ceramah agama atau kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan ke-Islaman. Awal mula kemunculannya, disebabkan oleh keresahan umat muslim yang minoritas di Negara-negara barat, yang mengalami kesusahan dalam beribadah dan bersilatuhrahmi dengan umat muslim lainnya.1 Seiring dengan berkembangnya Islamic Center di negara-negara yang berkembang mulai didirikan untuk memenuhi kebutuhan umat muslim yang berada di negara tersebut.
Indonesia menduduki peringkat pertama Negara Muslim terbesar di dunia yang penduduknya mayoritas muslim, setelah Negara-negara yang mayoritas muslim yang merupakan tempat turunya Al-Quran Karim. Maka dari itu, keberadaan Islamic Center di Indonesia khususnya di Kota Makassar sangat dibutuhkan dalam menyampaikan dakwa, kegiatan-kegiatan Islami dan lain-lain. Salah satu bagian penting dari Islamic Center adalah masjid. Masjid adalah salah satu wadah/tempat pelaksanaan ibadah, baik ibadah mahdlah maupun ibadah ghairu mahdlah dalam usaha mendekatkan diri kepada Allah SWT., sekaligus sebagai wujud nyata pengabdian seorang hamba kepada khalik-Nya.
Tetapi, dalam usaha seorang hamba untuk mendekatkan diri kepada Sang Khalik-Nya, banyak terjadi cobaan yang diberikan kepada hambanya. Seperti yang terjadi beberapa tahun belakang ini, umat Islam saling perang, saling menghujat antara mereka, Ini terjadi karena kurangnya rasa saling memiliki dan membutuhkan. Keadaan inilah yang menyebabkan kurangnyarasa saling memiliki dan membutuhkan, yang disebabkan sebagian besar ummat Islam yang tidak mengetahui bagaimana ajaran Islam sebenarnya. Mereka menggangap bahwa ajaran yang mereka jalankan sekarang benar dan mereka terkadang menjust ajaran agama kelompok Islam yang lain karena saling bertolak belakang.
Untuk mengurangi terjadinya saling mengjust antara sesama umat Islam, diperlukan adanya wadah untuk menyatukan seluruh umat Islam, dengan perbedaan-perbedaan yang mereka miliki. Sehingga secara tidak langsung mereka sudah membentuk suatu komunitas yang kuat. Baik dari segi agama, politik, ekonomi dan lain-lain. Yang kemudian diwujudkan dalam bentuk fisik, dimana bangunan ini dapat menampung/mewadahi aktifitas pelaku di dalamnya, dengan daya tampung yang semaksimal mungkin sesuai dengan kebutuhan ruang, dilengkapi dengan fasilitas yang menunjang fungsi bangunan dengan kejelasan sirkulasi baik di dalam maupun di luar bangunan.
Dengan demikian diharapkan Islamic Canter secara fungsional mampu memenuhi/melayani kebutuhan masyarakat Makassar terhadap kewajibannya sebagai hamba ALLAH SWT., yang beriman dan taqwa.

B. Pengertian dan Fungsi Masjid dan Islamic Center
Kata masjid berasal dari bahasa Arab sajadah berati sujud, patuh, taat, serta tunduk. Dari segi istilah (terminologi) masjid berarti tempat bersujud. Sejumlah pakar memberikan pendapat sebagai berikut: Dalam Ensiklopedi Islam menjelaskan “masjid” adalah ruang besar baik beratap maupun tidak beratap, dalam ruang tersebut digunakan untuk melaksanakan ibadah mahda dan gaimu mahda. Menurut Hidayat Masjid berarti tempat sujud, sedangkan “mushollah” berarti tempat shalat, semua permukaan bumi ini adalah masjidnya ummana setiap umat muslim boleh melakukan shalat di semua tempat, kecuali kuburan dan najis Hadist yang diriwayatkan oleh Turmidzi dari Abi Sa’id al-Churdi sebagai berikut: “bahwa tiap potong tanah iniadalah masjid”. Dalam hadist lain Nabi Muhammad SAW., menerangkan bahwa: “telah dijadikan tanah (bumi) itu sebagai masjid bagaikan tempat sujud”.
Pendapat lain menurut Purnomo bahwa arti harfiah masjid adalah tempat sembahyang, sebab asal katanya adalah sajad berarti sujud. Namun masjid bukanlah hanya untuk sembahyang. Menyebabkan Allah dalam Islam bukan hanya di masjid. Hal ini dipahami dari hadist yang artinya: Kepada Jabir Bin Abdullah Al-Ansary, Nabi Muhammad SAW. Bersabda: “Bumi ini bagiku suci bersih dan boleh dijadikan tempat untuk sembahyang, maka dimanapun seseorang berada boleh ia sembahyang apabila waktunya tiba (Muslim 316)”. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa dalam arti yang luas, masjid tidak terkait pada suatu tempat tertentu, dengan tanda-tanda tertentu pula. Menurut hadist yang diriwayatkan oleh Turmidzi dari Abi said al-Chudri bahwa “setiap potong tanah yang ada di muka bumi ini adalah masjid, kecuali pekuburan dan permandian umum”. Dalam arti yang sempit, diterangkan melalui firman Allah pada surat At-Taubah ayat 108.Artinya “Sesungguhnya masjid yang didirikan/dibangun atas dasar taqwa sejak hari pertama adalah lebih patut kamu sekalian sembahyang didalamnya”.(QS. At-Tauba [9] ; 108) Dijelaskan pada bagian lain yakni At-Taubah ayat 18 
Artinya “dan sesungguhnya yang meramaikan masjid-masjid Allah adalah mereka yang beriman kepada Allah dan hari akhir, mereka mendirikan sholat dan menuniakan zakat, mereka tidak takut kecualikepada Allah, maka mereka itulah orang-orang yang bakal mendapat petunjuk”.(QS. At-Tauba [9] ; 18) Dengan demikian masjid dapat diartikan bahwa masjid adalah tempat yang dibungun atau didirikan sebagai tempat beribadah shalat. Fungsi masjid pada zaman Rasulullah SAW., telah menjabarkan fungsinya sehingga lahir peranan masjid yang beraneka ragam. Sejarah mencatat tidak kurang dari sepulah peranan yang telah diembankan oleh Masjid pada zaman Rasulullah SAW, yaitu sebagai berikut:
1. Tempat ibadah (sholat, zikir).
2. Tempat konsultasi dan komunikasi (masalah ekonomi-sosial-budaya).
3. Tempat pendidikan.
4. Tempat santunan sosial.
5. Tempat latihan militer dan persiapan alat-alatnya.
6. Tempat pengobatan para korban perang.
7. Tempat perdamaian dan pengadilan sengketa.
8. Aula dan tempat menerima tamu.
9. Tempat menawan tahanan, dan
10. Pusat penerangan atau pembelaan agama.4
Fungsi dan peranan masjid besar seperti yang disebutkan pada masa keemasan Islam, tentunya sulit diwujudkan pada masa kini. Namun, ini tidak berarti bahwa masjid tidak dapat berperan di dalam hal-hal tersebut. Masjid, khususnya masjid besar, harus mampu melaksanakan kesepuluh peran tadi. Paling tidak melalui uraian para pembinanya guna mengarahkan umat pada kehidupan duniawi dan ukhrawi yang lebih berkualitas. Apabila masjid dituntut berfungsi membina umat, tentu sarana yang dimilikinya harus tepat, menyenangkan dan menarik semua umat, baik dewasa, kanak-kanak, tua, muda, pria, wanita, yang terpelajar maupun tidak, sehat atau sakit, serta kaya dan miskin.
Di dalam Muktamar Risalatul Masjid di Makkah pada 1975, hal ini telah didiskusikan dan sepakati, bahwa suatu masjid baru dapat dikatakanberperan secara baik apabila memiliki ruangan, dan peralatan yang memadai untuk:
1. Ruang Sholat yang memenuhi syarat-syarat kesehatan.
2. Ruang-ruang khusus wanita yang memungkinkan mereka keluar masuk tanpa bercampur dengan pria baik digunakan untuk sholat, maupun untuk Pendidikan Kesejahteraan Keluarga (PKK).
3. Ruang pertemuan dan perpustakaan.
4. Ruang poliklinik, dan ruang untuk memandikan dan menkafani jenazah.
5. Ruang bermain, berolah raga , dan berlatih bagi remaja.
Semua hal diatas harus diwarnai oleh kesaderhanaan fisik bangunan, namun haru tetap menunjang peranan masjid ideal termaktub.5 Hal terakhir ini perlu mendapat perhatian, karena menurut pengamatan sementara pakar, sejarah kaum muslim menunjukkan bahwa perhatian yang berlebihan terhadap nilai-nilai arsitektural dan estetika suatu masjid. Seiring ditandai dengan kedangkalan, kekurangan, bahkan kelumpuhannya dalam pemenuhan fungsi-fungsinya. Seakan-akan nilai arsitektural dan estetika dijadikan kompensasi untuk menutup-nutuppi kekurangan atau kelumpuhan tersebut.

C. Rumusan Masalah
1. Non Arsitektural
a. Bagaimana karakteristik Islamic Center yang dapat melayani kebutuhan Ibadah dan Muamalah masyarakat Kota Makassar.
b. Bagaimana kebutuhan dan keinginan umat Islam terhadap suatu Islamic Center di Kota Makassar.
c. Bagaimana sistem pengelolaan Islamic Center.
2. Arsitektur
a. Bagaimana menetukan lokasi yang tepat untuk perancangan Islamic Center di Makassar, sehingga dapat menunjang fungsinya sebagai fasilitas ibadah dan muamalah yang memudahkan dijangkau oleh masyarakat.
b. Bagaimana mengungkapkan program, ruang di dalam Islamic Center yang meliputi kebutuhan ruang, besaran ruang dan persyaratan ruang.
c. Bagaimana mewujudkan bentuk dan penampilan yang menggambarkan karakteristik Islamic Center yang serasi dengan lingkungannya.
d. Bagaimana sarana dan prasarana penunjang pada Islamic Center.

D. Tujuan dan Sasaran Pembahasan
1. Tujuan Pembahasan
Menyusun suatu landasan konseptual perancangan Islamic Center sesuai dengan kebutuhan umat Islam secara umum khususnya masyarakat Kota Makassar, yang diwujudkan dalam bentuk fisik dan non-fisik.
2. Sasaran Pembahasan
Transformasi konsep antara budaya Islam dan budaya Lokal Sulawesi Selatan ke dalam bentuk bangunan Islamic Center di Kota Makassar.

E. Lingkup Pembahasan
Pembahasan dibatasi pada disiplin ilmu Arsitektur yang membahas Islamic Center maupun ilmu-ilmu yang berhubungan dengan masjid sebagai tempat ibadah dalam upaya mendapatkan konsep perancangan.